Jumat, 06 Januari 2017

JURNAL KARYA TULIS ILMIAH



    "UPAYA MENINGKATKAN BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KPK DENGAN MEDIA CONGKLAK SISWA KELAS VI SDN 2 PANGKALAN BANTENG TAHUN PELAJARAN 2016/2017"

1. PENDAHULUAN

Salah satu mata pelajaran yang memiliki konstribusi positif untuk mencapai tujuan tersebut adalah metematika. Akan tetapi, sampai saat ini matematika masih menjadi pelajaran yang sangat menakutkan bagi siswa. Angka – angka yang menjadi ciri khas dari mata pelajaran itu, masalah – masalah yang harus dipecahkan melalui kegiatan penalaran, menjadi alasan dari ketakutan itu.Belum lagi guru yang mengajar matematika seringkali bersikap tidak ramah terhadap siswa terutama pada anak yang dianggap memiliki kemampuan intelektual rendah.
Pernyataan yang seringkali kita dengar di tengah masyarakat adalah bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga orang menjadi takut dan bahkan fobia manakala mereka mendengar kata matematika (Prihandoko, 2006 : 9). Munculnya fobia matematika pada anak disebabkandalam mengajar serikali guru lebih menekankan pada hafalan dan kecepatan berhitung, padahal tidak semua anak memiliki kemampuan tersebut dan tiap anak sebenarnya memiliki cara belajar, daya nalar, dan respon yang berbeda-beda sehingga perlu mendapat perlakuan yang berbeda pula.
Kondisi pembelajaran yang terjadi pada pembelajaran matematika seperti diatas disebabkan beberapa hal antara lain : (1) pendekatan pembelajaran matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru adalah pendekatan konvensional, yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas; (2) pengajaran konvensional mengakibatkan siswa hanya bekarja secara prosedural dan tidak memahami matematika secara mendalam; (3) pembelajaran matematika yang menekankan pada hafalan dan drill merupakan penyiapan yang kurang baik untuk kerja profesional bagi para siswa nantinya; (4) kebanyakan guru mengajar dengan menggunakan buku paket; (5) strategi pembelajaran lebih didominasi oleh upaya untuk menyelesaikan materi pembelajaran dan kurang adanya upaya agar terjadi proses dalam diri siswa untuk mencerna materi secara aktif dan kondusif.
Keterbatasan media atau alat peraga matematika di sekolah – sekolah kadang dijadikan alasan mengapa pembelajaran matematika kurang menarik dan monoton. Kreativitas guru seharusnya dikembangkan agar pembelajaran yang konvensional tidak lagi melekat pada diri guru tersebut. Menciptakan berbagai alat peraga dari bahan – bahan bekas dengan biaya yang relatif murah adalah sebuah terobosan untuk menepis anggapan konvensional tersebut. Jika pembelajaran bermakna, siswa akan senang, termotivasi akan mengikuti pembelajaran sehingga selesai bahkan penasaran pada pembelajaran berikutnya.
Dengan sistim pembelajaran matematika yang terjadi sekarang, maka muncullah permasalahan klasik dalam pendidikan matematika di Indonesia yaitu rendahnya prestasi siswa terhadap pelajaran matematika di sekolah. Padahal, matematika yang diajarkan di sekolah merupakan hakekat kependikan yang berfungsi untuk mengembangkan daya nalar serta pembinaan kepribadian siswa dan merupakan kebutuhan nyata berupa tuntutan perkembangan riel berorientasi pada perkembangan pengetahuan seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Demikian pula yang terjadi di kelas VI SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat. Prestasi siswa dalam pelajaran matematika materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) sangat rendah. Sedangkan KKM pada kompetensi dasar KPK mata pelajaran matematka adalah 65. Dari 13 siswa, yang tuntas belajar atau mencapai KKM yang ditentukan yaitu 65 baru 23% atau 3 siswa dan rata – rata kelas baru 55. Oleh karena itu, peneliti sebagai guru kelas dibantu teman sejawat mencoba cari alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan pembelajaran matematika menggunakan media congklak. Media ini memiliki kelebihan antara lain konkrit, bahan sangat murah dan mudah didapat, mudah dioperasikan, dan menarik.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan prestasi belajar matematika materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) menggunakan media congklak pada siswa kelas VI semester 1 SDN – 2 Pangkalan Banteng tahun pelajaran 2016 / 2017”. Selama 2 siklus.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut :
1.    Media pembelajaran kurang memadai sehingga prestasi belajar siswa rendah.

Pembatasan Masalah
          Dalam penelitian kali ini, peneliti membatasi permasalahan pada media pembelajaran kurang memadai.

Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang ditetapkan secara lebih terperinci peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Apakah setelah diterapkan penggunakan media congklak, prestasi belajar siswa kelas VI SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat Semester 1 Tahun Pelajaran 2016 / 2017 pada mata pelajaran matematika materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dapat meningkat ?

Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Pelajaran 2016 / 2017 pada pembelajaran matematika materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dengan media congklak.
Manfaat Penelitian
1.    Bagi Peneliti
a.    Penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam menerapkan metode game dengan media congklak pada pembelajaran matematika khususnya materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
b.         Untuk kenaikan pangkan jabatan fungsional guru.
2.    Bagi Guru
Memperoleh gambaran yang jelas dalam mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran matematika dengan menciptakan berbagai media.
3.    Bagi Siswa
Dapat meningkatkan prestasi dalam belajar matematika sehingga menyukai mata pelajaran matematika.
4.     Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat membantu peningkatan kualitas sekolah dan referensi untuk kemajuan sekolah.

2.    KAJIAN PUSTAKA
a)   Kerangka Teoritik
1.    Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan perubahan – perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Proses perubahan prilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi, karena proses kematangan. Proses yang sengaja dan direncanakan agar terjadi perubahan prilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis / mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan – perubahan yang relatif konstan dan berbekas.
Prestasi belajar menurut Nurkancana dan Sunartana (dalam Yoga, 2009 : 2) adalah : sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Selanjutnya menurut Nasution (dalam Ridwan, 2009 : 1) prestasi belajar adalah kemampuan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa, dan berbuat.
Prestasi belajar mencakup tiga ranah yaitu : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
a.         Prestasi belajar ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan memecahkan masalah.
b.         Prestasi belajar ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistim nilai dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.
c.         Prestasi belajar ranah psikomotorik berorientasi pada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.
Ketiga prestasi belajar dalam prilaku siswa tidak berdiri sendiri atau lepas satu sama lain, tetapi merupakan suatu kesatuan. Pengelompokan kedalam tiga ranah bertujuan membantu usaha menguraikan secara jelas dan spesipik prestasi belajar yang diharapkan ( Bloom dalam Suprayekti, 2003 : 4 ). Prestasi belajar dapat dilihat secara nyata berupa scor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar mirip suatu alat untuk mengukur aspek – aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.
2.    Kelipatan Persekutuan Terkecil
Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dalam operasi hitung matematika merupakan persekutuan atau kumpulan bilangan yang sama dan terkecil, yang mana merupakan kelipatan dari 2 buah bilangan atau lebih. Penentuan nilai kelipatan persekutuan terkecil dari bilangan tertentu bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti dibawah ini :
a.    Menulis kelipatan setiap bilangan dan menentukan persekutuannya.
     Contoh :
Berapakah Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan 5 dan 7 ?
Kelipatan 5 = 5, 10,15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60, 70, 75, 80, ...
Kelipatan 7 = 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70, 84, 91, ...  
Perhatikan contoh dari kelipatan angka – angka di atas apakah telah tampak adanya persekutuan suatu bilangan ? Bilangan manakah yang bersekutu ? Bilangan yang bersekutu adalah bilangan 35 dan 70. Bilangan mana yang terkecil diantara 2 bilangan yang bersekutu tersebut ? Bilangan terkecil dari bilangan yang bersekutu adalah 35. Jadi KPK dari bilangan 5 dan 7 adalah 35.
b.    Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dengan menggunakan faktor dan faktorisasi prima.      
Contoh : Berapakah KPK dari 12 dan 30 ?
Faktorisasi dari 12 dan 30 adalah
            12  = x 3
      2            6
              2            3

            30  = 2 x 3 x 5
      2            15
             3            5
KPK dari 12 dan 30 adalah x 3 x 5 = 60.
Jadi KPK dari 12 dan 30 = 60.
  Hal penting dalam menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dengan cara yang praktis, namun harus teliti. Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah ketika melakukan perkalian angka dan pangkat dari hasil faktorisasi prima.
Caranya: Hasil faktorisasi 12 = 2 x 2 x 3 di pangkatkan menjadi 2 pangkat 2x3 . Hasil faktorisasi 30 = 2 x 3 x 5. Kalikan semua bilangan yang ada (2, 3, 5) jika ada yang sama (2 pangkat 2 x2) maka ambil pangkat yang paling besar (2   pangkat 2) sehingga KPK dari 12 dan 30 adalah x 3 x 5 = 60. Jadi KPK adalah bilangan yang sama pangkat paling besar.
3.    Media Pembelajaran
a.    Pengertian Media Pembelajaran.
    Kata media beasal dari bahasa latin bentuk jamak dari medium yang berarti perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Secara harfiah media diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Banyak ahli memberi batasan pengertian media. (1999) DePorter, Reardon dan Singer – Nourie bahwa penggunaan alat peraga dalam mengawali proses belajar akan merangsang modalitas visual dan menyalakan jalur syaraf sehingga memunculkan beribu – ribu asosiasi dalam kesadaran siswa. Rangsangan visual dan asosiasi ini akan memberikan suasana yang sangat kaya untuk pembelajaran.
Adapun fungsi media dalam pembelajaran antara lain :
1.    Pembelajaran lebih menarik dan interaktif.
2.    Pembelajaran menjadi lebih nyata.
3.    Mempersingkat proses penjelasan materi pembelajara.
4.    Mendorong siswa belajar secara lebih mandiri
5.    Materi pembelajaran menjadi lebih terstandarisasi.
b.    Media dalam Pembelajaran Matematika.
Media dalam pembelajaran matematika relatif sama dengan media dalam pembelajaran bidang yang lain, yaitu dapat dikelompokkan berupa media :
1.    Media sederhana, misalnya papan tulis, papan grafik, permainan tradisional, tabel, papan tempel.
2.    Media cetak, misalnya buku, modul, LKS, petunjuk praktik atau praktkum.
3.    Media elektronik, misalnya OHT (Over Head Transparancy) OHP (Over Head Projector), audio (radio, tape), audio dan vidio (TV, VCD, DVD), kalkulator, komputer, dan internet.
Pengelompokkan diatas dapat saja diganti denganti berdasarkan alasan tertentu, misalnya media sederhana  dan media modern (berbasis elektronik), media cetak dan media non cetak, media proyeksi dan media non proyeksi, dan sebagainya.
c.    Prinsip – prinsip pemilihan Media.
Pada hakekatmya belajar adalah proses komunikasi atau proses menyampaikan pesan. Tidak selamanya proses komunikasi berjalan dengan lancar. Hambatan dan gangguan pada komunikasi disebut noise. Noise dapat berupa keterbatasan peserta didik secara fisik maupun psikologis, kultural maupun lingkungan. Untuk memperkecil, meredam, mengatasi atau menghilangkan beragam keterbatasan dalam komunikasi dapat digunakan alat perantara yang disebut dengan media. Dengan bertolak dari alasan tersebut, sebelum guru memutuskan menggunakan media tertentu dalam pembelajaran, perlu diperhatikan prinsip – prinsip atau faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media. Adapun pemilihan prinsip– prinsip media pembelajaran yaitu :
1.    Memilih media harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran dan bahan yang akan disampaikan.
2.    Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
3.    Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4.    Disesuakan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.
5.    Memilih media harus memahami karakteristik dari media itu sendiri.
4.    Media Congklak
Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejanis cangkang karang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadang kala digunakan biji – bijian tumbuh - tumbuhan dan batu – batu kecil. Permainan congklak dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dalam permainannya mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congklak terbuat dari kayu atau plastik. Permainan congklak selain murah , ringkas dan mudah dalam penggunaannya, juga mengandung berbagai pelajaran karakter antara lain :
1.    Belajar menghitung
2.    Kerjasama
3.    Ketelitian kejujuran dan kecepatan.
Adapun manfaat permainan congklak adalah :
1.         Memberikan bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk   meningkatkan hasil belajar dengan permainan congklak.
2.         Bagi siswa agar memahami konsep – konsep dalam matematika dengan menerapkan kedalam situasi dunia nyata sehingga belajar matematika lebih bermakna untuk mengembangkan daya pikir dan tumbuh kompetensi siswa.
b)   Kerangka Berpikir
Kondisi awal siswa kelas VI SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Pelajaran 2016 / 2017 dalam pembelajaran matematika materi Kelipatan Persekutuan Terkecil ( KPK ) kurang tekun dan tidak teliti dalam mengerjakan tugas dan cepat putus asa bila menemui kesulitan ( kurang ulet ). Dari kondisi ini prestasi siswa sangat rendah.  Pembelajaran dengan strategi menggunakan dengan media congklak dapat melibatkan siswa untuk menemukan kembali konsep secara nyata baik ke dalam simbol – simbol matematika maupun nyata ketika siswa dihadapkan pada masalah kehidupan atau situasi sebenarnya.
Berdasarkan kajian teori di atas, maka kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Input
Permasalahan dalam pembelajaran :
a.    Siswa kurang motivasi belajar
b.    Daya serap atau nilai prestasi rendah
c.    Media pembelajaran kurang memadai
d.    Metode pembelajaran konvensional.

Variabel Proses
Media pembelajaran congklak / dakon :
a.     Siswa senang dan termotivasi
b.     Memahami konsep tentang materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
c.     Mengembangkan daya pikir dan daya nalar siswa
d.     Menemukan hubungan soal yang berkaitan dengan materi kelipatan persekutuan terkecil
e.     Menentukan strategi penyelesaian masalah.
Variabel output.
Prestasi belajar matematika kelas VI pada materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) meningkat.

c)        Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dari penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan media congklak dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) pada siswa kelas VI semester 1 SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Pelajaran 2016 / 2017.

3.    METODE PENELITIAN
a. Setting Penelitian
1.    Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN – 2 Pangkalan Banteng, Jalan A. Yani Km. 60 Semanggang, Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat.
2.    Waktu
Waktu penelitian yaitu pada semester I tahun pelajaran 2016/2017 tepatnya bulan Juli sampai dengan September 2016. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2016 dan siklus II pada tanggal 25 Agustus 2016.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas VI semester 1 SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat tahun pelajaran 2016 / 2017 dengan jumlah 13 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki – laki dan 8 siswa perempuan.

c. Sumber Data
Data penelitian tindakan kelas ini bersumber dari siswa. Data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis berupa hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal materi KPK mata pelajaran matematika. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil tes matematika yang berisi soal – soal tentang KPK , kemudian dari hasil tersebut dianalisis menggunakan rubrik penilaian yang meliputi aspek ketrampilan memahami konsep, ketrampilan mengembangkan daya pikir dan kompetensi siswa, ketrampilan menghubungkan yang ada dengan dunia nyata, ketrampilan menentukan strategi dan mengidentifikasi soal, serta ketrampilan menyimpulkan jawaban dan menentukan model penyelesaian soal.

d. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi teknik tes dan non tes.
1.    Tes.
Tes merupakan instrumen untuk mengukur perilaku atau kinerja seseorang. Tes digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar prestasi siswa. Dalam penelitian ini tes dilakukan pada akhir siklus dalam bentuk isian. ( Terlampir )
2.    Non Tes
Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.    Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal yang diamati yaitu aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dengan media congklak melalui lembar pengamatan.
b.    Catatan Lapangan.
Catatan lapangan berisi catatan guru selama proses pembelajaran berlangsung apabila ada permasalahan – permasalahan yang muncul tidak diharapkan guru. Catatan lapangan ini berguna untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi dan sebagai masukan guru dalam melakukan refleksi.
c.    Dokumentasi.
Dokumentasi digunakan untuk mengambil data yang berhubungan dengan penelitian. Pada penelitian ini yang merupakan dokumentasi adalah pengambilan foto atau gambar pada saat proses pembelajaran berlangsung.
e. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data pada penelitian ini, menggunakan teknik statistik deskriptif dan kuantitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan apakah penggunaan media congklak dapat meningkatkat prestasi belajar siswa kelas VI SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng .
Kegiatan terpenting dalam pelaksanaan analisis data adalah mengolah scor menjadi nilai. Adapun tahap analisis adalah sebagai berikut :
a.    Menyusun tabel frekwensi untuk tiap – tiap indikator.
b.    Menghitung mean (M) dengan rumus M = 
M = mean / nilai rata – rata.
F  = frekwensi
x = nilai
n = jumlah nilai
c.    mengukur keberhasilan penelitian pada masing – masing siklus dengan kriteria keberhasilan / pencapaian target.
Tabel Kriteria Ketuntasan
Kriteria Ketuntasan       katagori
≥ 65                                    Tuntas
< 65                                   Tidak tuntas

f.  Validasi Data
Data – data hasil penelitian ini perlu divalidasi untuk meyakinkan bahwa data – data tersebut valid. Validasi data penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Data proses pembelajaran yang diperoleh melalui observasi pengamat divalidasi dengan wawancara antara guru peneliti dan para observer dalam refleksi akhir.
2.    Data hasil belajar siswa divalidasi dengan angka yang merupakan hasil tes siswa setelah mengikuti proses pembelajaran atau diakhir pembelajaran.

g.    Indikator Keberhasilan.
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah  sebagai berikut : 85% siswa memiliki prestasi belajar yang baik yaitu memenuhi nilai ketuntasan lebih dari atau sama dengan 65 pada mata pelajaran matematika materi kelipatan persekutuan terkecil. Sedangkan nilai rata-rata kelas mencapai 74. 11 anak dari 13 siswa tuntas sedangkan 2 anak dari 13 siswa belum tuntas.

4. PROSEDUR PENELITIAN
a) Deskripsi Persiklus
Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rancangan penelitiaan tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas.
Adapun langkah – langkah PTK yaitu : Perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.                                                                                                                                                                                                                                                      Gb. Prosedur Penelitian.
Oval: Siklus  I

                        P

    R                                      T
 


                          O
Oval: Siklus                   II

                                      P

    R                                         T
 


            O
Keterangan
·        P = Perencanaan
·        T = Pelaksanaan Tindakan
·        O = Obsesvasi
·        R = Refleksi
Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri atau dengan beberapa siklus.
1.    Deskripsi Pra Siklus Kondisi Awal.
a)   Perencanaan
Dalam kondisi pembelajaran awal atau pra siklus mata pelajaran matematika materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) masih menggunakan teknik pembelajaran konvensional atau belum mengunakan media congklak.
a.    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan, mencakup langkah – langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan teknik pembelajaran menggunakan metode konvensional (ceramah, tanya jawab, penugasan).
b)   Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran Pra Siklus dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 28 Juli 2016, Alokasi waktu dua jam pelajaran (1 x pertemuan).
a.   Guru menjelaskan materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) di papan tulis tidak menggunakan media pembelajaran dan siswa memperhatikan penjelasan guru.
b.   Guru menyuruh siswa maju untuk mengerjakan soal di papan tulis yang dibuat guru.
c.    Guru menyiapkan evaluasi berupa lembar kerja atau soal tes materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
hasil tes pada akhir pembelajaran Pra Siklus atau Kondisi Awal adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Nilai Pra Siklus/ Kondisi Awal
No          Nama     Nilai Pra Siklus
1           J . R                          50
2           U . T. T                     70
3           A . Y. A                    50
4           Y. F. F                      50
5           A . S                          50
6           Y. P. P                      50
7           A . L                         70
8           R. R. N. L                 60
9            S. S                           50
10         M. R                         40
11          M. D. J.                   70
12          A. J. T.                    40
13          C. R. A                    60
Jumlah Nilai                        710
Rata – rata                           55
Banyak siswa tuntas             3 siswa
Banyak siswa tidak tuntas 10 siswa
Persentase ketuntasan              23%
Persentase tidak tuntas            77%

c)    Observasi Pra Siklus
Pada kondisi awal nilai terendah adalah 40 dan nilai teringgi 70. Rata – rata kelas baru mencapai 55. Siswa yang sudah mencapai KKM ada 3 siswa dari 13 siswa atau 23 %, dan yang belum tuntas 10 siswa dari 13 siswa atau siswa yang belum tuntas 77%.
d)   Refleksi Pra Siklus
    1.     Guru tidak memotivasi siswa
    2.     Guru tidak menggunakan media pembelajaran
    3.     Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan
    4.     Guru hanya menjelaskan materi secara abstrak siswa mendengarkan kemudian siswa diberi soal – soal untuk dikerjakan.
2.    Deskripsi Hasil Siklus I
1.    Perencanaan Tindakan Siklus I
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan, mencakup langkah – langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan teknik pembelajaran menggunakan metode game dengan media congklak.
b. Menyiapkan media pembelajaran berupa permainan tradisional congklak.
c. Guru menjelaskan cara bermain game congklak dan siswa melakukan permainan game congklak dengan kelompoknya  masing – masing. dalam permainan game congklak bagi yang kalah mengerjakan soal dipapan tulis materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) yang dibuat oleh teman yang memenangkan permainan.
d. Guru menyiapkan evaluasi berupa lembar kerja atau soal tes materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
2.    Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11 Agustus 2016. Alokasi waktu dua jam pelajaran (1 x pertemuan). Mengacu pada rancangan kegiatan, secara garis besar kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1.    Guru memotivasi belajar siswa
2.    Gurumenjelaskan tujuan pembelajaran
3.    Guru membimbing siswa dalam bermain game congklak dan menerapanya kedalam konsep materi KPK.
4.    Murid melakukan bermain game congklak dengan kelompok masing – masing,
5.    Guru memunculkan masalah yang berhubungan dengan materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
6.    Masing – masing kelompok memecah kan masalah dengan permainan game congklak yang dimunculkan oleh guru dan mengerjakan lembar kerja atau soal.
7.    Guru menanyakan hal – hal yang belum dipahami siswa.
8.    Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
9.    Evaluasi.
10.    Refleksi dan guru Guru menutup pelajaran.
Setelah dilaksanakan tes diakhir pembelajaran siklus I diperoleh data prestasi belajar siswa pada materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) sebagai berikut :
Tabel 4.2
Nilai Siklus I
No           Nama              Nilai Siklus I
1             J.R                        60
2             U.T.T                    80
3             A.Y.A                    60
4              Y.F.F                    50
5              A.S                        60
6              Y. P. P                  50
7              A . L                     80
8              R. R. N. L            80
9              S. S                       70
10            M. R                     50
11            M. D. J.                80
12            A. J. T.                 50
13            C. R. A                 70
Jumlah Nilai                       840
Rata – rata                          65
Banyak siswa tuntas            6  siswa
Banyak siswa tidak tuntas  7 siswa
Persentase ketuntasan              46%
Persentase tidak tuntas            54%

Pada siklus I nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi 80. Rata – rata kelas 65, sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 6 anak atau 46 % dan yang belum tuntas 7 anak atau 54 %.
3. Observasi Siklus I
Selama pelaksanaan siklus I peneliti diamati oleh teman sejawat selaku observer dengan menggunakan lembar pengamatan. Adapun hasil pengamatan pada siklus I adalah sebagai berikut:
1.    Motivasi siswa kurang
2.    Siswa dalam memahami materi masih kurang
3.    Kreatifitas siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru masih kurang tekun dan ketelitian
4.    Masih banyak siswa yang tidak berani bertanya
4. Refleksi Siklus I
Refleksi dilaksanakan untuk menganalisis proses pembelajaran yang telah berlangsung pada siklus I. Berdasarkan analisis dan pengamatan pada siklus, ditemukan permasalahan sebagai berikut:
1. Guru kurang memotivasi siswa sehingga siswa tidak memperhatikan pelajaran
2. Siswa belum berani mengajukan pretanyaan dan masih menunggu perintah guru.
3. Pemanfaatan media pembelajaran kurang maksimal
4. Masih ada siswa yang kurang antusias mengikuti pelajaran yang ditandai masih ada siswa yang diam saja..
5.    Rata – rata kelas sudah mencapai 65, atau sudah mencapai indikator KKM dari kelipatan persekutuan terkecil, akan tetapi siswa yang tuntas baru 6 anak atau baru 46% dari 13 siswa. sedangkan target yang ditentukan siswa yang tuntas adalah 75%.
Berdasarkan data – data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus I sudah cukup baik walaupun pencapaian hasil belajar atau prosentase belajar belum sesuai dengan indikator pencapaian atau keberhasilan yang ditentukan. Adapun perbaikan untuk siklus II adalah sebagai berikut :
1.    Guru lebih meningkatkan motivasi belajar siswa.
2.    Guru lebih memperjelas lagi dalam menerangkan penggunaan media pembelajaran congklak.
3.    Guru lebih memberikan perhatian dan bimbingan pada siswa yang masih diam dan takut bertanya.
4.    Guru memberikan  penghargaan pada siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi.

3. Deskripsi Hasil Siklus II
1.    Perencanaan Tindakan Siklus II
a.    Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) beserta skenario tindakan yang akan berdasarkan revisi atau pembetulan dari siklus I.
b.    Menyiapkat media pembelajaran permainan tradisional congklak, dan memperjelas penjelasan tentang permainan congklak yang diterapkan kedalam pembelajaran matematika materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
c.    Membimbing siswa yang masih pasif dalam kerja kelompok.
d.    Menyusun dan menyiapkan soal LKS sebagai bahan penilaian.
2.    Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tindakan pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Agustus 2016 dengan kegiatan sebagai berikut :
a.    Guru memotivasi siswa.
b.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
c.    Guru memberi pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran pada pertemuan yang lalu tentan kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
d.    Guru membagi kelompok, setiap kelompok hanya beranggotakan 2 orang
e.    Masing – masing kelompok bermain game congklak materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
f.     Guru membimbing siswa atau kelompok dalam permainan game congklak materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
g.    Siswa yang kalah dalam permainan game congklak materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) diberi soal dipapan tulis oleh teman yang memenangkan permainan untuk dikerjakan.
h.    Guru berkeliling menggontrol kegiatan siswa, dan membimbing siswa yang masih pasip dalam kelompok.
i.      Guru menanyakan hal – hal yang belum dipahami siswa.
j.      Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
k.    Evaluasi
l.      refleksi
m.  guru menutup pelajara.
Setelah dilaksanakan tes diakhir pembelajaran siklus II diperoleh dataprestasi belajar siswa pada materi kelipatan persekutuan terkecil sebagai berikut:
Tabel 4.3
Nilai Siklus II
No           Nama            Nilai Siklus II
1             J.R                      70
2             U.T.T                  90
3             A.Y.A                 70
4              Y.F.F                 70
5              A.S                     70
6              Y. P. P               60
7              A . L                   90
8              R. R. N. L          80
9              S. S                     70
10            M. R                   60
11            M. D. J.              80
12            A. J. T.               70
13            C. R. A               80
Jumlah Nilai                    960

Rata – rata                       74
Banyak siswa tuntas          11  siswa
Banyak siswa tidak tuntas  2 siswa
Persentase ketuntasan              85%
Persentase tidak tuntas            15%

Pada siklus II nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90. Rata – rata kelas 74, sedangkan siswa yang tuntas 11 anak atau 85% dan yang belum tuntas 2 anak atau 15%. Penyajian dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut.
3.    Observasi siklus II
Selama pelaksanaan siklus II peneliti diamati oleh teman sejawat. Setelah melalui diskusi dengan pengamat atau observer dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    kesiapan siswa menerima pelajaran sudah baik dan antusias atau sudah termotivasi.
2.    Keberanian siswa menyampaikan pendapat merata.
3.    Keberanian siswa dalam bertanya hal – hal yang belum jelas sudah mulai tumbuh.
4.    Hasil tes diakhir pembelajaran sudah memenuhi harapan peneliti.
 4. Refleksi Siklus II.
Pada siklus II ini peneliti berdiskusi dengan teman sejawat atau observer sehingga diketahui kelebihan dan kekurangannya.
a. Kelebihan
     Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah berhasil dan sesuai dengan tujuan yang sudah ditargetkan atau ditentukan oleh peneliti yaitu minimal  ketuntasan siswa mencapai 75%. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes diakhir pembelajaran. 
b.    Kekurangan
     Dari hasil tes diakhir pembelajaran siklus II masih terdapat 2 anak dari 13 siswa atau 15% yang belum tuntas.

b). Pembahasan.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Untuk memperoleh data tersebut dilakukan dengan melaksanakan tes tertulis pada setiap akhir pembelajaran. Mulai dari kondisi awal atau pra siklus, siklus I, dan siklus II prestasi belajar siswa selalu mengalami peningkatan. Pada kondisi awal atau pra siklus rata – rata kelas baru 55, kemudian siklus I mencapai 65, dan pada siklus II naik menjadi 74. Begitu pula dengan siswa yang tuntas belajar pada kondisi awal atau pra siklus  23% atau 3 siswa, siklus I 46% atau 6 siswa, dan pada siklus II 85% atau 11 siswa.
c). Interprestasi Data
Berdasarkan dari pembahasan persiklus diatas maka peneliti menyimpulkan atau membandingkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas setiap siklusnya selalu mengalami peningkatan atau kenaikan. Adapun peningkatan atau kenaikannya antara lain adalah :
1.  Sitiap siklus nilai terendah dan nilai tertinggi naik 10 poin
2.   kenaikan rata – rata nilai kelas  dari kondisi awal atau pra siklus, siklus I, siklus II adalah sebagai berikut :
a. Kondisi awal atau pra siklus ke siklus I dari 55 menjadi 65 jadi naik 10 poin.
b. Kondisi awal atau pra siklus ke siklus II dari 55 menjadi 74 jadi naik 19 poin.
c. Siklus I ke siklus II dari 65 menjadi 74 jadi naik 9 poin.
3. kenaikan prosentase ketuntasan setiap  siklus adalah sebagai berikut:
a. Pra siklus ke siklus I dari 23% menjadi 46% jadi naik 23%
b. Pra siklus ke siklus II dari 23% menjadi 85% jadi naik 62%
c. Siklus I ke siklus II dari 46%  menjadi 85% jadi naik 39%.

Diagram 4.1
         Diagram perbandingan prestasi / nilai rata – rata kelas pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II.



Diagram 4.2
       Diagram Ketuntasan Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II.













5.    KESIMPULAN DAN SARAN
a.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan media congklak dalam pembelajaran matematika materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) pada siswa Kelas VI Semester 1 SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Pelajaran 2016 / 2017 prestasi belajar siswa dapat meningkat.
b.    Saran.
Agar proses belajar mengajar lebih efektif dan prestasi belajar siswa meningkat maka peneliti sarankan:
1.    Dalam pembelajaran perlu diterapkan strategi, teknik atau metode pembelajaran inovatif salah satunya adalah penggunaan metode game dengan media congklak dalam pembelajaran matematika.
2.    Penggunaan media pembelajaran yang murah, sederhana, dan mudah diperoleh sehingga pembelajaran dapat optimalkan.

c.    Tindak Lanjut.
1.    Metode game atau permainan hanyalah satu dari beberapa metode inovatif dalam pembelajaran.
2.    Media congklak hanya salah satu permainan tradisional yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa.
3.    Masih banyak media yang lebih baik digunakan dalam pembelajaran dan tersedia disekitar anak
4.    Guru hendaknya kreatif dan inovatif dalam merancang media pembelajaran dari benda – benda yang ada disekitar lingkungan siswa sehingga dapat bermanfaat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa menjadi optimal.





Daftar Pustaka

Prihandoko. (2006 : 9). Memahami konsep matematika secara Benar dan Menyajikannya dengan Menarik. Jakarta : Depdiknas.
Purwanto, Ngalim 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sardiman, 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Soedjadi, R. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Karso,dkk. 2009. Pendidikan Matematika I. Jakarta : Universitas Terbuka
Gatot Muhsetyo, dkk. 2010. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
M. Toha Anggoro, dkk. 2011. Metode Penelitian Jakarta : Universitas Terbuka.