"UPAYA MENINGKATKAN BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KPK DENGAN MEDIA CONGKLAK SISWA KELAS VI SDN 2 PANGKALAN BANTENG TAHUN PELAJARAN 2016/2017"
1. PENDAHULUAN
Salah
satu mata pelajaran yang memiliki konstribusi positif untuk mencapai tujuan
tersebut adalah metematika. Akan tetapi, sampai saat ini matematika masih
menjadi pelajaran yang sangat menakutkan bagi siswa. Angka – angka yang menjadi
ciri khas dari mata pelajaran itu, masalah – masalah yang harus dipecahkan
melalui kegiatan penalaran, menjadi alasan dari ketakutan itu.Belum lagi guru
yang mengajar matematika seringkali bersikap tidak ramah terhadap siswa
terutama pada anak yang dianggap memiliki kemampuan intelektual rendah.
Pernyataan
yang seringkali kita dengar di tengah masyarakat adalah bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit sehingga orang menjadi takut dan bahkan fobia
manakala mereka mendengar kata matematika (Prihandoko, 2006 : 9). Munculnya fobia matematika
pada anak disebabkandalam mengajar serikali guru lebih menekankan pada hafalan
dan kecepatan berhitung, padahal tidak semua anak memiliki kemampuan tersebut
dan tiap anak sebenarnya memiliki cara belajar, daya nalar, dan respon yang
berbeda-beda sehingga perlu mendapat perlakuan yang berbeda pula.
Kondisi pembelajaran yang
terjadi pada pembelajaran matematika seperti diatas disebabkan beberapa hal
antara lain : (1) pendekatan pembelajaran matematika yang selama ini dilaksanakan
oleh guru adalah pendekatan konvensional, yakni ceramah, tanya jawab dan
pemberian tugas; (2) pengajaran konvensional mengakibatkan siswa hanya bekarja
secara prosedural dan tidak memahami matematika secara mendalam; (3)
pembelajaran matematika yang menekankan pada hafalan dan drill merupakan
penyiapan yang kurang baik untuk kerja profesional bagi para siswa nantinya;
(4) kebanyakan guru mengajar dengan menggunakan buku paket; (5) strategi
pembelajaran lebih didominasi oleh upaya untuk menyelesaikan materi
pembelajaran dan kurang adanya upaya agar terjadi proses dalam diri siswa untuk
mencerna materi secara aktif dan kondusif.
Keterbatasan media atau
alat peraga matematika di sekolah – sekolah kadang dijadikan alasan mengapa
pembelajaran matematika kurang menarik dan monoton. Kreativitas guru seharusnya
dikembangkan agar pembelajaran yang konvensional tidak lagi melekat pada diri
guru tersebut. Menciptakan berbagai alat peraga dari bahan – bahan bekas dengan
biaya yang relatif murah adalah sebuah terobosan untuk menepis anggapan
konvensional tersebut. Jika pembelajaran bermakna, siswa akan senang,
termotivasi akan mengikuti pembelajaran sehingga selesai bahkan penasaran pada
pembelajaran berikutnya.
Dengan sistim
pembelajaran matematika yang terjadi sekarang, maka muncullah permasalahan
klasik dalam pendidikan matematika di Indonesia yaitu rendahnya prestasi siswa
terhadap pelajaran matematika di sekolah. Padahal, matematika yang diajarkan di
sekolah merupakan hakekat kependikan yang berfungsi untuk mengembangkan daya
nalar serta pembinaan kepribadian siswa dan merupakan kebutuhan nyata berupa
tuntutan perkembangan riel berorientasi pada perkembangan pengetahuan seiring
dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Demikian pula yang terjadi di
kelas VI SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten
Kotawaringin Barat. Prestasi siswa dalam pelajaran matematika materi kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) sangat rendah. Sedangkan KKM pada kompetensi dasar
KPK mata pelajaran matematka adalah 65. Dari 13 siswa, yang tuntas belajar atau
mencapai KKM yang ditentukan yaitu 65 baru 23% atau 3 siswa dan rata – rata
kelas baru 55. Oleh
karena itu, peneliti sebagai guru kelas dibantu teman sejawat mencoba cari
alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan pembelajaran matematika
menggunakan media congklak. Media ini memiliki kelebihan antara lain konkrit,
bahan sangat murah dan mudah didapat, mudah dioperasikan, dan menarik.
Berdasarkan uraian
diatas, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul
“Meningkatkan prestasi belajar matematika materi Kelipatan Persekutuan Terkecil
(KPK) menggunakan media congklak pada siswa kelas VI semester 1 SDN – 2
Pangkalan Banteng tahun pelajaran 2016 / 2017”. Selama 2 siklus.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan diatas maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut :
1.
Media
pembelajaran kurang memadai sehingga prestasi belajar siswa rendah.
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian kali ini,
peneliti membatasi permasalahan pada media pembelajaran kurang memadai.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang ditetapkan secara
lebih terperinci peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Apakah
setelah diterapkan penggunakan media congklak, prestasi belajar siswa kelas VI
SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin
Barat Semester 1 Tahun Pelajaran 2016 / 2017 pada mata pelajaran matematika
materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dapat meningkat ?
Tujuan Penelitian
Sejalan
dengan rumusan masalah diatas, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SDN – 2 Pangkalan Banteng
Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Pelajaran 2016 /
2017 pada pembelajaran matematika materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
dengan media congklak.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi
Peneliti
a.
Penelitian
ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam menerapkan metode game
dengan media congklak pada pembelajaran matematika khususnya materi kelipatan
persekutuan terkecil (KPK).
b.
Untuk
kenaikan pangkan jabatan fungsional guru.
2.
Bagi
Guru
Memperoleh gambaran yang jelas dalam mengembangkan
kreatifitas dalam pembelajaran matematika dengan menciptakan berbagai media.
3.
Bagi
Siswa
Dapat meningkatkan prestasi dalam belajar matematika
sehingga menyukai mata pelajaran matematika.
4.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat membantu peningkatan kualitas
sekolah dan referensi untuk kemajuan sekolah.
2. KAJIAN
PUSTAKA
a)
Kerangka
Teoritik
1.
Prestasi Belajar
Prestasi belajar
merupakan perubahan – perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Proses perubahan prilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya,
tetapi ada yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi,
karena proses kematangan. Proses yang sengaja dan direncanakan agar terjadi
perubahan prilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu
aktivitas psikis / mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan – perubahan yang relatif konstan dan
berbekas.
Prestasi
belajar menurut Nurkancana dan Sunartana (dalam Yoga, 2009 : 2) adalah :
sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami proses belajar dalam
jangka waktu tertentu. Selanjutnya menurut Nasution (dalam Ridwan, 2009 : 1)
prestasi belajar adalah kemampuan yang dicapai seseorang dalam berfikir,
merasa, dan berbuat.
Prestasi
belajar mencakup tiga ranah yaitu : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik.
a.
Prestasi
belajar ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan
yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan memecahkan masalah.
b.
Prestasi
belajar ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistim nilai dan
sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.
c.
Prestasi
belajar ranah psikomotorik berorientasi pada ketrampilan motorik yang
berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi
antara syaraf dan otot.
Ketiga prestasi belajar dalam
prilaku siswa tidak berdiri sendiri atau lepas satu sama lain, tetapi merupakan
suatu kesatuan. Pengelompokan kedalam tiga ranah bertujuan membantu usaha
menguraikan secara jelas dan spesipik prestasi belajar yang diharapkan ( Bloom
dalam Suprayekti, 2003 : 4 ). Prestasi belajar dapat dilihat secara nyata
berupa scor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk
menentukan prestasi belajar mirip suatu alat untuk mengukur aspek – aspek
tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.
2.
Kelipatan Persekutuan
Terkecil
Kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dalam operasi hitung matematika merupakan persekutuan atau kumpulan
bilangan yang sama dan terkecil, yang mana merupakan kelipatan dari 2 buah
bilangan atau lebih. Penentuan nilai kelipatan persekutuan terkecil dari
bilangan tertentu bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti dibawah ini :
a. Menulis kelipatan setiap
bilangan dan menentukan persekutuannya.
Contoh :
Berapakah
Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan 5 dan 7 ?
Kelipatan
5 = 5, 10,15, 20, 25, 30, 35,
40, 45, 50, 55, 60, 70, 75,
80, ...
Kelipatan
7 = 7, 14, 21, 28, 35,
42, 49, 56, 63, 70,
84, 91, ...
Perhatikan
contoh dari kelipatan angka – angka di atas apakah telah tampak adanya
persekutuan suatu bilangan ? Bilangan manakah yang bersekutu ? Bilangan yang
bersekutu adalah bilangan 35 dan 70. Bilangan mana yang terkecil diantara 2
bilangan yang bersekutu tersebut ? Bilangan terkecil dari bilangan yang
bersekutu adalah 35. Jadi KPK dari bilangan 5 dan 7 adalah 35.
b. Menentukan Kelipatan
Persekutuan Terkecil (KPK) dengan menggunakan faktor dan faktorisasi prima.
Contoh : Berapakah KPK dari 12
dan 30 ?
Faktorisasi dari 12 dan
30 adalah
12
= x 3
2 6
2 3
30
= 2 x 3 x 5
2 15
3 5
KPK
dari 12 dan 30 adalah x 3 x 5 = 60.
Jadi
KPK dari 12 dan 30 = 60.
Hal
penting dalam menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dengan cara yang
praktis, namun harus teliti. Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah
ketika melakukan perkalian angka dan pangkat dari hasil faktorisasi prima.
Caranya: Hasil faktorisasi 12 = 2 x 2 x 3 di
pangkatkan menjadi 2 pangkat 2x3 . Hasil faktorisasi 30 = 2 x 3 x 5. Kalikan
semua bilangan yang ada (2, 3, 5) jika ada yang sama (2 pangkat 2 x2) maka
ambil pangkat yang paling besar (2
pangkat 2) sehingga KPK dari 12 dan 30 adalah x 3 x 5 = 60. Jadi KPK adalah
bilangan yang sama pangkat paling besar.
3.
Media Pembelajaran
a.
Pengertian
Media Pembelajaran.
Kata media beasal dari bahasa latin bentuk
jamak dari medium yang berarti
perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Secara harfiah media
diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan.
Banyak ahli memberi
batasan pengertian media. (1999) DePorter, Reardon dan Singer – Nourie bahwa
penggunaan alat peraga dalam mengawali proses belajar akan merangsang modalitas
visual dan menyalakan jalur syaraf sehingga memunculkan beribu – ribu asosiasi dalam
kesadaran siswa. Rangsangan visual dan asosiasi ini akan memberikan suasana
yang sangat kaya untuk pembelajaran.
Adapun fungsi media dalam
pembelajaran antara lain :
1. Pembelajaran lebih
menarik dan interaktif.
2. Pembelajaran menjadi
lebih nyata.
3. Mempersingkat proses
penjelasan materi pembelajara.
4. Mendorong siswa belajar
secara lebih mandiri
5. Materi pembelajaran
menjadi lebih terstandarisasi.
b. Media dalam Pembelajaran
Matematika.
Media dalam pembelajaran
matematika relatif sama dengan media dalam pembelajaran bidang yang lain, yaitu
dapat dikelompokkan berupa media :
1. Media sederhana, misalnya
papan tulis, papan grafik, permainan tradisional, tabel, papan tempel.
2. Media cetak, misalnya
buku, modul, LKS, petunjuk praktik atau praktkum.
3. Media elektronik,
misalnya OHT (Over Head Transparancy) OHP (Over Head Projector), audio (radio,
tape), audio dan vidio (TV, VCD, DVD), kalkulator, komputer, dan internet.
Pengelompokkan diatas
dapat saja diganti denganti berdasarkan alasan tertentu, misalnya media sederhana dan media modern (berbasis elektronik), media
cetak dan media non cetak, media proyeksi dan media non proyeksi, dan
sebagainya.
c.
Prinsip
– prinsip pemilihan Media.
Pada hakekatmya belajar
adalah proses komunikasi atau proses menyampaikan pesan. Tidak selamanya proses
komunikasi berjalan dengan lancar. Hambatan dan gangguan pada komunikasi
disebut noise. Noise dapat berupa
keterbatasan peserta didik secara fisik maupun psikologis, kultural maupun
lingkungan. Untuk memperkecil, meredam, mengatasi atau menghilangkan beragam
keterbatasan dalam komunikasi dapat digunakan alat perantara yang disebut
dengan media. Dengan bertolak dari alasan tersebut, sebelum guru memutuskan
menggunakan media tertentu dalam pembelajaran, perlu diperhatikan prinsip – prinsip
atau faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media. Adapun
pemilihan prinsip– prinsip media pembelajaran yaitu :
1. Memilih media harus
berdasarkan pada tujuan pembelajaran dan bahan yang akan disampaikan.
2. Memilih media harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
3. Memilih media harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4. Disesuakan dengan situasi
dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.
5. Memilih media harus
memahami karakteristik dari media itu sendiri.
4.
Media Congklak
Congklak adalah suatu
permainan tradisional yang dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia.
Biasanya dalam permainan, sejanis cangkang karang digunakan sebagai biji
congklak dan jika tidak ada, kadang kala digunakan biji – bijian tumbuh -
tumbuhan dan batu – batu kecil. Permainan congklak dilakukan oleh dua orang
atau lebih. Dalam permainannya mereka menggunakan papan yang dinamakan papan
congklak terbuat dari kayu atau plastik. Permainan congklak selain murah ,
ringkas dan mudah dalam penggunaannya, juga mengandung berbagai pelajaran
karakter antara lain :
1. Belajar menghitung
2. Kerjasama
3. Ketelitian kejujuran dan
kecepatan.
Adapun manfaat permainan
congklak adalah :
1.
Memberikan
bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk
meningkatkan hasil belajar dengan permainan congklak.
2.
Bagi
siswa agar memahami konsep – konsep dalam matematika dengan menerapkan kedalam
situasi dunia nyata sehingga belajar matematika lebih bermakna untuk
mengembangkan daya pikir dan tumbuh kompetensi siswa.
b)
Kerangka Berpikir
Kondisi awal siswa kelas
VI SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin
Barat Tahun Pelajaran 2016 / 2017 dalam pembelajaran matematika materi
Kelipatan Persekutuan Terkecil ( KPK ) kurang tekun dan tidak teliti dalam mengerjakan
tugas dan cepat putus asa bila menemui kesulitan ( kurang ulet ). Dari kondisi
ini prestasi siswa sangat rendah.
Pembelajaran dengan strategi menggunakan dengan media congklak dapat
melibatkan siswa untuk menemukan kembali konsep secara nyata baik ke dalam
simbol – simbol matematika maupun nyata ketika siswa dihadapkan pada masalah
kehidupan atau situasi sebenarnya.
Berdasarkan kajian teori
di atas, maka kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Input
|
Permasalahan dalam pembelajaran :
a. Siswa kurang motivasi
belajar
b. Daya serap atau nilai
prestasi rendah
c. Media pembelajaran
kurang memadai
d. Metode pembelajaran
konvensional.
|
Variabel Proses
|
Media
pembelajaran congklak / dakon :
a. Siswa senang dan
termotivasi
b. Memahami konsep tentang
materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
c. Mengembangkan daya
pikir dan daya nalar siswa
d. Menemukan hubungan soal
yang berkaitan dengan materi kelipatan persekutuan terkecil
e. Menentukan strategi
penyelesaian masalah.
|
Variabel output.
|
Prestasi belajar matematika
kelas VI pada materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) meningkat.
|
c)
Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan kajian teori
dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dari penelitian ini menyatakan
bahwa penggunaan media congklak dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) pada siswa kelas VI semester 1 SDN
– 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat
Tahun Pelajaran 2016 / 2017.
3.
METODE PENELITIAN
a. Setting Penelitian
1.
Tempat
Penelitian ini
dilaksanakan di kelas VI SDN – 2 Pangkalan Banteng, Jalan A. Yani Km. 60
Semanggang, Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat.
2.
Waktu
Waktu penelitian yaitu pada semester I tahun
pelajaran 2016/2017 tepatnya bulan Juli sampai dengan September 2016. Sedangkan
pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2016 dan
siklus II pada tanggal 25 Agustus 2016.
b.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas VI semester 1 SDN
– 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat
tahun pelajaran 2016 / 2017 dengan jumlah 13 siswa yang terdiri dari 5 siswa
laki – laki dan 8 siswa perempuan.
c. Sumber
Data
Data penelitian tindakan kelas
ini bersumber dari siswa. Data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis berupa
hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal materi KPK mata pelajaran
matematika. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil tes
matematika yang berisi soal – soal tentang KPK , kemudian dari hasil tersebut
dianalisis menggunakan rubrik penilaian yang meliputi aspek ketrampilan
memahami konsep, ketrampilan mengembangkan daya pikir dan kompetensi siswa,
ketrampilan menghubungkan yang ada dengan dunia nyata, ketrampilan menentukan
strategi dan mengidentifikasi soal, serta ketrampilan menyimpulkan jawaban dan
menentukan model penyelesaian soal.
d. Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini meliputi teknik tes dan non tes.
1.
Tes.
Tes merupakan instrumen untuk mengukur perilaku atau
kinerja seseorang. Tes digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar
prestasi siswa. Dalam penelitian ini tes dilakukan pada akhir siklus dalam
bentuk isian. ( Terlampir )
2.
Non
Tes
Teknik non tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.
Observasi
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal yang diamati yaitu
aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika materi kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dengan media congklak melalui lembar pengamatan.
b.
Catatan
Lapangan.
Catatan lapangan berisi
catatan guru selama proses pembelajaran berlangsung apabila ada permasalahan –
permasalahan yang muncul tidak diharapkan guru. Catatan lapangan ini berguna
untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi dan sebagai masukan guru
dalam melakukan refleksi.
c.
Dokumentasi.
Dokumentasi
digunakan untuk mengambil data yang berhubungan dengan penelitian. Pada
penelitian ini yang merupakan dokumentasi adalah pengambilan foto atau gambar
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
e. Teknik Analisis Data
Untuk
menganalisis data pada penelitian ini, menggunakan teknik statistik deskriptif
dan kuantitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan apakah
penggunaan media congklak dapat meningkatkat prestasi belajar siswa kelas VI
SDN – 2 Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng .
Kegiatan
terpenting dalam pelaksanaan analisis data adalah mengolah scor menjadi nilai.
Adapun tahap analisis adalah sebagai berikut :
a. Menyusun
tabel frekwensi untuk tiap – tiap indikator.
b. Menghitung
mean (M) dengan rumus M =
M
= mean / nilai rata – rata.
F = frekwensi
x
= nilai
n
= jumlah nilai
c. mengukur
keberhasilan penelitian pada masing – masing siklus dengan kriteria
keberhasilan / pencapaian target.
Tabel Kriteria Ketuntasan
Kriteria
Ketuntasan katagori
|
≥
65
Tuntas
|
<
65
Tidak tuntas
|
f.
Validasi Data
Data – data hasil penelitian ini
perlu divalidasi untuk meyakinkan bahwa data – data tersebut valid. Validasi
data penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Data
proses pembelajaran yang diperoleh melalui observasi pengamat divalidasi dengan
wawancara antara guru peneliti dan para observer dalam refleksi akhir.
2.
Data
hasil belajar siswa divalidasi dengan angka yang merupakan hasil tes siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran atau diakhir pembelajaran.
g. Indikator
Keberhasilan.
Indikator
keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 85%
siswa memiliki prestasi belajar yang baik yaitu memenuhi nilai ketuntasan lebih
dari atau sama dengan 65
pada mata pelajaran matematika materi kelipatan persekutuan terkecil. Sedangkan
nilai rata-rata
kelas mencapai 74. 11 anak dari 13 siswa
tuntas sedangkan 2 anak dari 13 siswa belum tuntas.
4. PROSEDUR PENELITIAN
a) Deskripsi Persiklus
Rancangan penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rancangan penelitiaan tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas.
Adapun langkah – langkah PTK
yaitu : Perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Gb.
Prosedur Penelitian.
P
R T
O
P
R
T
O
Keterangan
·
P = Perencanaan
·
T = Pelaksanaan Tindakan
·
O = Obsesvasi
·
R = Refleksi
Sesudah satu siklus selesai
diimplementasikan, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang
dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri atau dengan beberapa siklus.
1. Deskripsi
Pra Siklus Kondisi Awal.
a)
Perencanaan
Dalam
kondisi pembelajaran awal atau pra siklus mata pelajaran matematika materi
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) masih menggunakan teknik pembelajaran
konvensional atau belum mengunakan media congklak.
a.
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) beserta skenario tindakan yang akan
dilaksanakan, mencakup langkah – langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa
dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan teknik pembelajaran menggunakan
metode konvensional (ceramah, tanya jawab, penugasan).
b)
Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran Pra Siklus dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 28 Juli 2016, Alokasi waktu dua jam pelajaran (1 x pertemuan).
a. Guru menjelaskan materi kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) di papan tulis tidak menggunakan media pembelajaran
dan siswa memperhatikan penjelasan guru.
b. Guru
menyuruh siswa maju untuk mengerjakan soal di papan tulis yang dibuat guru.
c.
Guru menyiapkan evaluasi berupa lembar kerja atau
soal tes materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
hasil tes pada akhir pembelajaran Pra Siklus atau
Kondisi Awal adalah sebagai berikut :
Tabel
4.1
Nilai
Pra Siklus/ Kondisi Awal
No
Nama Nilai Pra Siklus
|
1
J . R 50
|
2 U . T. T 70
|
3
A . Y. A 50
|
4
Y. F. F 50
|
5
A . S 50
|
6
Y. P. P 50
|
7
A . L 70
|
8
R. R. N. L 60
|
9
S. S 50
|
10
M. R 40
|
11
M. D. J. 70
|
12
A. J. T. 40
|
13
C. R. A 60
|
Jumlah Nilai 710
|
Rata – rata
55
|
Banyak siswa tuntas 3
siswa
|
Banyak siswa tidak tuntas 10 siswa
|
Persentase ketuntasan
23%
|
Persentase tidak tuntas
77%
|
c)
Observasi Pra Siklus
Pada
kondisi awal nilai terendah adalah 40 dan nilai teringgi 70. Rata – rata kelas
baru mencapai 55. Siswa yang sudah mencapai KKM ada 3 siswa dari 13 siswa atau
23 %, dan yang belum tuntas 10 siswa dari 13 siswa atau siswa yang belum tuntas
77%.
d)
Refleksi Pra Siklus
1. Guru tidak memotivasi siswa
2. Guru tidak menggunakan media pembelajaran
3. Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan
4. Guru
hanya menjelaskan materi secara abstrak siswa mendengarkan kemudian siswa
diberi soal – soal untuk dikerjakan.
2.
Deskripsi
Hasil Siklus I
1.
Perencanaan
Tindakan Siklus I
a. Membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan, mencakup langkah – langkah
yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan
teknik pembelajaran menggunakan metode game dengan media congklak.
b. Menyiapkan media
pembelajaran berupa permainan tradisional congklak.
c. Guru menjelaskan cara
bermain game congklak dan siswa melakukan permainan game congklak dengan
kelompoknya masing – masing. dalam
permainan game congklak bagi yang kalah mengerjakan soal dipapan tulis materi
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) yang dibuat oleh teman yang memenangkan
permainan.
d. Guru menyiapkan
evaluasi berupa lembar kerja atau soal tes materi kelipatan persekutuan
terkecil (KPK).
2.
Pelaksanaan
Tindakan Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11
Agustus 2016. Alokasi waktu dua jam pelajaran (1 x pertemuan). Mengacu pada
rancangan kegiatan, secara garis besar kegiatan yang telah dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
1. Guru memotivasi belajar
siswa
2.
Gurumenjelaskan
tujuan pembelajaran
3.
Guru
membimbing siswa dalam bermain game congklak dan menerapanya kedalam konsep
materi KPK.
4.
Murid
melakukan bermain game congklak dengan kelompok masing – masing,
5.
Guru
memunculkan masalah yang berhubungan dengan materi kelipatan persekutuan
terkecil (KPK).
6.
Masing
– masing kelompok memecah kan masalah dengan permainan game congklak yang
dimunculkan oleh guru dan mengerjakan lembar kerja atau soal.
7. Guru menanyakan hal – hal yang belum dipahami siswa.
8. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
9. Evaluasi.
10. Refleksi dan guru Guru menutup pelajaran.
Setelah dilaksanakan tes diakhir pembelajaran
siklus I diperoleh data prestasi belajar siswa pada materi kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) sebagai berikut :
Tabel
4.2
Nilai
Siklus I
No
Nama Nilai Siklus I
|
1 J.R 60
|
2 U.T.T 80
|
3 A.Y.A 60
|
4 Y.F.F 50
|
5 A.S 60
|
6 Y. P. P 50
|
7 A . L 80
|
8 R. R. N. L 80
|
9 S. S 70
|
10 M. R 50
|
11 M. D. J. 80
|
12 A. J. T. 50
|
13 C. R. A 70
|
Jumlah Nilai 840
|
Rata – rata
65
|
Banyak siswa tuntas
6 siswa
|
Banyak siswa tidak tuntas 7 siswa
|
Persentase ketuntasan
46%
|
Persentase tidak tuntas
54%
|
Pada siklus I nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi 80. Rata –
rata kelas 65, sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 6 anak atau 46 % dan yang
belum tuntas 7 anak atau 54 %.
3.
Observasi Siklus I
Selama pelaksanaan siklus I peneliti diamati oleh teman
sejawat selaku observer dengan menggunakan lembar pengamatan. Adapun hasil
pengamatan pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Motivasi
siswa kurang
2. Siswa
dalam memahami materi masih kurang
3. Kreatifitas
siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru masih kurang tekun dan
ketelitian
4. Masih
banyak siswa yang tidak berani bertanya
4. Refleksi
Siklus I
Refleksi dilaksanakan untuk menganalisis proses
pembelajaran yang telah berlangsung pada siklus I. Berdasarkan analisis dan
pengamatan pada siklus, ditemukan permasalahan sebagai berikut:
1.
Guru kurang memotivasi siswa sehingga siswa tidak memperhatikan pelajaran
2.
Siswa belum berani mengajukan pretanyaan dan masih menunggu perintah guru.
3.
Pemanfaatan media pembelajaran kurang maksimal
4.
Masih ada siswa yang kurang antusias mengikuti pelajaran yang ditandai masih
ada siswa yang diam saja..
5.
Rata – rata kelas sudah mencapai 65, atau
sudah mencapai indikator KKM dari kelipatan persekutuan terkecil, akan tetapi
siswa yang tuntas baru 6 anak atau baru 46% dari 13 siswa. sedangkan target
yang ditentukan siswa yang tuntas adalah 75%.
Berdasarkan data – data tersebut
diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus I sudah cukup baik
walaupun pencapaian hasil belajar atau prosentase belajar belum sesuai dengan
indikator pencapaian atau keberhasilan yang ditentukan. Adapun perbaikan untuk
siklus II adalah sebagai berikut :
1.
Guru
lebih meningkatkan motivasi belajar siswa.
2.
Guru
lebih memperjelas lagi dalam menerangkan penggunaan media pembelajaran
congklak.
3.
Guru
lebih memberikan perhatian dan bimbingan pada siswa yang masih diam dan takut
bertanya.
4.
Guru memberikan
penghargaan pada siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi.
3. Deskripsi Hasil Siklus II
1.
Perencanaan
Tindakan Siklus II
a.
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) beserta skenario tindakan yang akan
berdasarkan revisi atau pembetulan dari siklus I.
b.
Menyiapkat media pembelajaran permainan tradisional
congklak, dan memperjelas penjelasan tentang permainan congklak yang diterapkan
kedalam pembelajaran matematika materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
c.
Membimbing siswa yang masih pasif dalam kerja
kelompok.
d.
Menyusun dan menyiapkan soal LKS sebagai bahan
penilaian.
2.
Pelaksanaan
Tindakan Siklus II
Tindakan pada siklus II
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Agustus 2016 dengan kegiatan sebagai
berikut :
a.
Guru
memotivasi siswa.
b.
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran.
c.
Guru
memberi pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran pada pertemuan yang lalu
tentan kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
d.
Guru
membagi kelompok, setiap kelompok hanya beranggotakan 2 orang
e.
Masing
– masing kelompok bermain game congklak materi kelipatan persekutuan terkecil
(KPK).
f.
Guru
membimbing siswa atau kelompok dalam permainan game congklak materi kelipatan
persekutuan terkecil (KPK).
g.
Siswa
yang kalah dalam permainan game congklak materi kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) diberi soal dipapan tulis oleh teman yang memenangkan permainan untuk
dikerjakan.
h.
Guru
berkeliling menggontrol kegiatan siswa, dan membimbing siswa yang masih pasip
dalam kelompok.
i.
Guru
menanyakan hal – hal yang belum dipahami siswa.
j.
Guru
membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
k.
Evaluasi
l.
refleksi
m. guru menutup pelajara.
Setelah dilaksanakan tes diakhir pembelajaran siklus II diperoleh
dataprestasi belajar siswa pada materi kelipatan persekutuan terkecil sebagai
berikut:
Tabel
4.3
Nilai
Siklus II
No
Nama Nilai Siklus II
|
1 J.R 70
|
2 U.T.T 90
|
3 A.Y.A 70
|
4 Y.F.F 70
|
5 A.S 70
|
6 Y. P. P 60
|
7 A . L 90
|
8 R. R. N. L 80
|
9 S. S 70
|
10 M. R 60
|
11 M. D. J. 80
|
12 A. J. T. 70
|
13 C. R. A 80
|
Jumlah Nilai 960
|
|
Rata – rata
74
|
Banyak siswa tuntas
11 siswa
|
Banyak siswa tidak tuntas 2 siswa
|
Persentase ketuntasan
85%
|
Persentase tidak tuntas
15%
|
Pada
siklus II nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90. Rata – rata kelas 74,
sedangkan siswa yang tuntas 11 anak atau 85% dan yang belum tuntas 2 anak atau
15%. Penyajian dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut.
3. Observasi siklus II
Selama pelaksanaan siklus II peneliti diamati oleh
teman sejawat. Setelah melalui diskusi dengan pengamat atau observer dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.
kesiapan
siswa menerima pelajaran sudah baik dan antusias atau sudah termotivasi.
2.
Keberanian
siswa menyampaikan pendapat merata.
3.
Keberanian
siswa dalam bertanya hal – hal yang belum jelas sudah mulai tumbuh.
4.
Hasil
tes diakhir pembelajaran sudah memenuhi harapan peneliti.
4.
Refleksi Siklus II.
Pada siklus II ini peneliti berdiskusi dengan teman
sejawat atau observer sehingga diketahui kelebihan dan kekurangannya.
a. Kelebihan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
sudah berhasil dan sesuai dengan tujuan yang sudah ditargetkan atau ditentukan
oleh peneliti yaitu minimal ketuntasan
siswa mencapai 75%. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes diakhir
pembelajaran.
b. Kekurangan
Dari hasil tes diakhir pembelajaran siklus II masih terdapat 2
anak dari 13 siswa atau 15% yang belum tuntas.
b).
Pembahasan.
Data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Untuk memperoleh
data tersebut dilakukan dengan melaksanakan tes tertulis pada setiap akhir
pembelajaran. Mulai dari kondisi awal atau pra siklus, siklus I,
dan siklus II prestasi belajar siswa selalu mengalami peningkatan. Pada kondisi
awal atau pra siklus rata – rata kelas baru 55, kemudian siklus I mencapai 65,
dan pada siklus II naik menjadi 74. Begitu pula dengan siswa yang tuntas
belajar pada kondisi awal atau pra siklus
23% atau 3 siswa, siklus I 46% atau 6 siswa, dan pada siklus II 85% atau
11 siswa.
c). Interprestasi Data
Berdasarkan dari pembahasan persiklus diatas maka
peneliti menyimpulkan atau membandingkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas
setiap siklusnya selalu mengalami peningkatan atau kenaikan. Adapun peningkatan
atau kenaikannya antara lain adalah :
1. Sitiap
siklus nilai terendah dan nilai tertinggi naik 10 poin
2. kenaikan rata – rata nilai kelas dari kondisi awal atau pra siklus, siklus I,
siklus II adalah sebagai berikut :
a.
Kondisi awal atau pra siklus ke siklus I dari 55 menjadi 65 jadi naik 10 poin.
b.
Kondisi awal atau pra siklus ke siklus II dari 55 menjadi 74 jadi naik 19 poin.
c.
Siklus I ke siklus II dari 65 menjadi 74 jadi naik 9 poin.
3. kenaikan prosentase ketuntasan setiap siklus adalah sebagai berikut:
a. Pra siklus ke siklus I dari 23% menjadi 46% jadi
naik 23%
b. Pra siklus ke siklus II dari 23% menjadi 85% jadi
naik 62%
c. Siklus I ke siklus II dari 46% menjadi 85% jadi naik 39%.
Diagram
4.1
Diagram perbandingan prestasi / nilai rata – rata kelas pada kondisi
awal, siklus I, dan siklus II.
Diagram
4.2
Diagram
Ketuntasan Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II.
5.
KESIMPULAN
DAN SARAN
a.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
tentang penggunaan media congklak dalam pembelajaran matematika materi
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) pada siswa Kelas VI Semester 1 SDN – 2
Pangkalan Banteng Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat
Tahun Pelajaran 2016 / 2017 prestasi belajar siswa dapat meningkat.
b. Saran.
Agar proses belajar mengajar
lebih efektif dan prestasi belajar siswa meningkat maka peneliti sarankan:
1. Dalam pembelajaran perlu
diterapkan strategi, teknik atau metode pembelajaran inovatif salah satunya
adalah penggunaan metode game dengan media congklak dalam pembelajaran
matematika.
2. Penggunaan media
pembelajaran yang murah, sederhana, dan mudah diperoleh sehingga pembelajaran
dapat optimalkan.
c.
Tindak Lanjut.
1. Metode game atau
permainan hanyalah satu dari beberapa metode inovatif dalam pembelajaran.
2. Media congklak hanya
salah satu permainan tradisional yang dapat membangkitkan semangat belajar
siswa.
3. Masih banyak media yang
lebih baik digunakan dalam pembelajaran dan tersedia disekitar anak
4. Guru hendaknya kreatif
dan inovatif dalam merancang media pembelajaran dari benda – benda yang ada
disekitar lingkungan siswa sehingga dapat bermanfaat untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa menjadi optimal.
Daftar Pustaka
Prihandoko.
(2006 : 9). Memahami konsep matematika secara Benar dan Menyajikannya dengan
Menarik. Jakarta : Depdiknas.
Purwanto, Ngalim 1998. Psikologi
Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sardiman, 2001, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Soedjadi, R.
1999. Kiat Pendidikan Matematika
di Indonesia. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.
Sudjana, Nana.
2001. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Gatot
Muhsetyo, dkk. 2010. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
M.
Toha Anggoro, dkk. 2011. Metode Penelitian Jakarta : Universitas Terbuka.